Jumat, 15 Oktober 2010

Artist of Photoshop




http://artistsofphotoshop.com/

Portfolio´s gallery of the best digital artists, photographers and illustrators of the world.

Rabu, 13 Oktober 2010

AK-47

agan harahap

Ak-47 ( Weapon series)
neon box , 150 x 60.5 x 20 cm


During the Cold War, the Soviet Union, China, and the United States provides equipment and technology to countries with their allies, along with the rebel forces they support. At that time the spread of large-scale AK-47 by the Soviet Union and China to countries and groups with pro-communists, such as the Nicaraguan Sandinistas and Viet Cong. AK-47 design spread to 55 armed forces of the world.

The spread of the AK-47 is not only seen from the numbers alone, the AK-47 is in the flag and coat of arms of Mozambique. Also found on the coat of arms of Burkina Faso, and the flag of Hezbollah. "Kalash", short for "Kalashnikov", is used as the name for boys in some African countries.

Rabu, 06 Oktober 2010

Senin, 04 Oktober 2010

Daegu, Korea

Setelah 6 jam terhempas oleh turbulance dan terkatung-katung di awang-awang, akhirnya saya mendarat pada jam 7 pagi di bandara Incheon, South Korea.
Untuk saya yang tidak biasa menggunakan AC, udara pagi itu cukup dingin. Bersama seorang kawan, Angki Purbandono, seorang kampiun fotografi kontemporer Indonesia, kami berdua diundang untuk menghadiri Daegu Photo Biennale 2010. Sebuah acara perhelatan fotografi terbesar se Asia.

Heejun Park, salah seorang panitia yang menjemput kami di bandara mengatakan bahwa kami adalah peserta pertama yang datang untuk menghadiri biennale itu. Sementara ia masih menunggu beberapa peserta lain yang akan berdatangan dari seluruh penjuru Asia.
Sementara kereta kami menuju Daegu baru akan berangkat pukul 6 sore. Untuk itu, kami memutuskan untuk sekedar 'meninjau' kota Seoul yang sedemikan besarnya dengan sedikit waktu yang tersedia..

Indonesians @ Incheon intl airport


Kawan saya Angki, sebetulnya pernah residensi selama 1 tahun di Seoul, tapi sejak 5 tahun yang lalu, tentu saja sudah banyak perubahan yang terjadi..

Dengan jalur subway yang cukup rumit dan sulit dimengerti, wajar saja kalau kami kebingungan.


Dari stasiun ke stasiun, akhirnya kami pun sampai di sebuah distrik yang cukup menyenangkan ( saya lupa namanya)



Udara yang dingin, ditambah lagi kondisi fisik yang terus merosot karena kami banyak berjalan kaki, otomatis membuat perut kami lapar. Kami pun memberanikan diri untuk mencoba memasuki 'warteg' disana dan mencicipi makanan khas Korea. Tak lama setelah kami memasuki tempat itu, tampak beberapa pekerja konstruksi bangunan yang bergabung bersama kami untuk bersantap siang. 'Warteg' itu cukup mewah ( untuk ukuran saya), dengan suasana yang bersih dan menyenangkan, serta makanan yang sangat lezat ( lagi-lagi ini menurut ukuran saya)..




Setelah makan, kami melanjutkan perjalanan ke daerah yang dipenuhi dengan bar,club dan tempat hiburan malam ( lagi-lagi saya lupa nama kawasan itu). Semacam jalan Jaksa, namun lebih luas dan lebih terorganisir. Sayangnya, waktu masih menunjukkan pukul jam 1 siang ketika kami mendaratkan kaki disana. Sungguh alangkah menyenangkannya apabila kami berada disana malam hari. Tentu banyak pengalaman-pengalaman menarik yang akan terjadi disana.


Ada saja 1-2 bar yang sudah buka di siang hari. Walaupun masih 'pagi' untuk minum-minum, tentu saja kami tidak melewatkan kesempatan untuk sekedar mencicipi berbagai 'menu' yang tersedia disana.



Setelah merasa sedikit lebih 'segar', kami pun kembali menjelajah kota Seoul. Waktu sudah menunjukkan jam 4 sore. Kami harus segera bergegas menuju Seoul Station. Sebetulnya, apabila saja kami paham akan rute kereta, mungkin jarak yang jauh itu cukup bisa ditempuh dalam waktu setengah jam saja. Tapi kami tidak takut.. Dengan percaya diri yang cukup tinggi, kami, 2 orang Indonesia yang sok tau itu mencoba kembali menjelajah kota Seoul.

"mesin penjual kondom otomatis" ( diucapkan dengan suara Doraemon)






tukang 'gorengan'


skip..skip..skip. .


Daegu City

Setelah mengalami berbagai 'perjuangan' berpacu melawan waktu, akhirnya kami pun tiba di Daegu.
Daegu, adalah sebuah kota ke-2 terbesar di Korea setelah Seoul. Di kota inilah tempat dilangsungkannya perhelatan fotografi terbesar di Asia. Daegu Photo Biennale 2010.
Saya, bersama 244 fotografer lainnya dari 22 negara di Eropa dan Asia berkesempatan untuk berpameran di kota ini.
Setelah tiba di hotel dan melepas penat sejenak, maka kami berkumpul di loby untuk meneruskan acara dengan makan malam di sebuah bar kecil di tengah kota Daegu.

Angki, Li Wei, Saya, Wang Qinsong dan Chen Jiagang

acara ramah-tamah yang menyenangkan

saya dan Wang Qingsong


Dan acara pun semakin 'ramah' lagi


Satu-persatu partisipan mulai mengundurkan diri dalam acara 'ramah-tamah ' tersebut, namun saya dan beberapa fotografer lain bersikukuh untuk mengikuti 'prosesi' sampai tetes penghabisan.

semakin lama, semakin 'ramah'


Dan malam panjang itu pun diakhiri dengan berfoto bersama



Jam 10 pagi, kami sudah dibangunkan oleh panitia untuk city tour di kota Daegu, melihat-lihat beberapa galeri dan art center yang juga merupakan bagian dari Daegu Photo Biennale 2010. Sungguh senang rasanya, saya sebagai 'anak bawang' di kancah fotografi dapat berpartisipasi dalam acara 'kumpul-kumpul fotografi' berskala besar seperti itu.

Jalan-jalan yang menyenangkan




Selah dirasa cukup kami berputar-putar di kota Daegu, maka panitia pun membawa kami menuju perhelatan fotografi terbesar di Asia. Bertempat di Daegu Culture and Arts Center, disini lah tempat kami menunjukkan 'hasil kerja keras kami' selama ini.






dilanjutkan disini :

http://melmanandthehippo.blogspot.com/2010/10/daegu-photo-biennale-2010.html