Pharrell Williams bersama psikolog anak, Seto Mulyadi |
Hampir semua orang pernah memiliki trauma semasa kecilnya. Dalam hal ini, orang tua jelas memegang peranan penting dalam membimbing dan membantu anak mengatasi trauma.
Hal serupa juga yang terjadi pada seorang Pharrell Williams. Siapa yang pernah menyangka bahwa Pharrell yang terkenal dengan kemampuan menyanyi dan koreografi, ternyata pernah memiliki trauma akan tari-tarian. Trauma ini diawali ketika Pharrell bersama teman-teman diminta untuk membawakan tari Saman pada sebuah pentas di sekolahnya. Sebagaimana kita ketahui, bahwa tarian khas Aceh itu adalah tarian yang membutuhkan koordinasi koreografi secara presisi dari antara penarinya. Sementara Pharrell yang pada waktu itu belum bisa membedakan kanan dan kiri, tanpa sengaja malah membentur-benturkan kepalanya dengan kepala anak-anak lain yang berada di sebelahnya. Tarian itu pun berantakan dan Pharrell harus menanggung malu akibat ditertawakan penonton. Permasalahan ternyata berlanjut sampai beberapa tahun kemudian. Pharrell menjadi trauma akan semua bentuk tari-tarian. Ia kerap menangis ketakutan setiap melihat tarian. Tidak hanya itu, Pharrel berubah menjadi sosok yang pemurung dan penyendiri.
Perubahan pada diri Pharrell jelas menimbulkan rasa khawatir pada kedua orang tuanya sehingga mereka terpaksa mengkonsultasikan masalah ini pada seorang psikolog anak. Menurut sang psikolog, trauma ini harus segera diatasi karena bisa berdampak buruk pada masa depan anak. Metode terapi yang digunakan cukup sederhana, yakni mengenalkan Pharrell dengan musik. Menurut sang psikolog, ketika mendengarkan musik ada syaraf-syaraf tertentu di otak yang bisa langsung merespon anggota tubuh yang lain untuk bergoyang mengikuti irama. Disini, pemilihan genre musik mengambil peranan penting untuk mengatasi rasa trauma akan tarian yang dialami Pharrell. Setelah melalui masa orientasi yang cukup panjang, maka disepakati bahwa Pharrell harus mendalami musik Tarling. Karena menurut sang psikolog, musik Tarling memiliki efek tertentu yang menimbulkan sensasi untuk bergoyang yang cukup dominan dibanding dengan genre musik lain.
Pharrell Williams dalam sebuah sesi latihan tari dan koreografi untuk persiapan salah satu konsernya |
Masa-masa terapi pun mulai dijalani dandari waktu ke waktu Pharrell mulai menunjukkan perubahan yang signifikan. Lagu-lagu berirama Tarling seperti 'Sewulan Maning', 'Waru Doyong', Mong Diwayu', 'Padang Bulan' dll mulai akrab ditelinganya. Tidak hanya itu, dinding kamarnya pun mulai ramai dipenuhi oleh poster-poster penyanyi-penyanyi Tarling seperti Aas Rolani dan Cucun Novia yang kini menjadi idola barunya. Perlahan namun pasti, Pharrell mulai bisa mengatasi rasa traumanya akan tari-tarian yang kerap menghantuinya. Pharrell juga mulai membuka dirinya dan kembali bisa bergaul dengan teman-temannya. Menurut salah seorang teman sekolahnya, Pharell menjadi panutan murid-murid lain karena dianggap tahu banyak soal musik cutting edge.
Tak hanya berkembang secara musikalitas dan tarian, ternyata Pharrel juga semakin menunjukkan minat dan bakatnya dalam bidang sastra dan literatur. Tercatat ada ratusan puisi dan lirik-lirik romantis yang ia ciptakan dalam masa terapi penyembuhannya. Menurut pengakuan Djasimin Sihaloho, guru olahraganya di sekolah, tidak sedikit gadis-gadis yang menaruh hati kepadanya karena puisi-puisinya yang mampu meluluhkan hati banyak wanita.
Kenangan ning laut eretan.. Wong loro, nyawang ombak lautan..
Ngucap janji, sehidup semati.. Angin laut, sing dadi saksi..
Ana lintang ana ulan.. Jejer-jejer ring ndhuwuran..
Ati bungah sing karuan.. Ndeleng riko liwat ngarepan..
Wanita mana yang tak akan tergetar hatinya ketika mendengarkan sebait puisi di atas, hasil gubahannya. Gaya flamboyan Pharrell ditambah dengan tutur bahasa yang unik, sontak membuatnya menjadi idola baru bagi kaum hawa, baik tua maupun muda.
Sampai menjelma menjadi seorang mega superstar yang dipuja jutaan penggemar dari seantero jagad, kita masih bisa merasakan sentuhan warna-warna musik Tarling di beberapa lagunya. Menurut pengamat musik David Tarigan, semenjak dari album pertamanya (tahun 2006), setidaknya ada 8 lagu yang kental akan nuansa Cirebonan. David melanjutkan, bahwa aransemen lagu 'Happy' juga terasa sangat kental akan nuansa Pesisir Utara. Dalam sebuah artikel wawancara di majalah musik Trax, Pharell sempat bersikeras memasukkan suara kendang untuk menggantikan bunyi tepukan tangan di lagu 'Happy'. Namun setelah perdebatan yang cukup panjang dengan rekan-rekan sejawatnya, akhirnya Pharrell terpaksa mengalahkan ego dan idealismenya sebagai seorang musisi demi pertimbangan pasar.
David Tarigan juga menambahkan, selain referensi musik, pengalaman hidup seseorang juga secara tidak langsung akan turut berimbas dan memberi kontribusi tersendiri pada estetika yang dimiliki seorang musisi. Latar belakang serta perjalanan musikalitas Pharrell Williams yang penuh warna dan lika-liku itulah yang akhirnya membentuk pribadi seperti yang kita kenal sekarang ini.
Pharrell terpaksa harus menanggalkan idealismenya atas nama pasar |
artikel yang bagus
BalasHapus