Senin, 07 Juli 2014

KARTU POS UNTUK JOKOWI-JK







A: 'Massa pendukung Jokowi itu besar loh!' B: 'Oyah? Gak percaya ah!' A: 'Ini bukti fotonya..'

Dalam dua hari lagi, Indonesia akan menjalani Pemilihan Umum Presiden (pilpres). Sebuah keputusan besar yang melibatkan seluruh bangsa Indonesia untuk menentukan masa depannya. Berbeda dengan pemilu-pemilu sebelumnya, kali ini animo masyarakat sangat menggebu-gebu untuk mengikuti ajang pesta demokrasi 5 tahunan ini. Saya, sebagai orang yang tidak pernah antusias dan peduli dengan pemilu atau pilpres, kali ini bersama-sama dengan jutaan masyarakat Indonesia lainnya dengan semangat turut berpartisipasi untuk menyukseskan pemilihan umum. Adapun semangat ini muncul karena kami, rakyat Indonesia sudah terlalu muak dengan berbagai sistem pemerintahan dan situasi politik yang terjadi selama puluhan tahun di negara ini. Bersembunyi di balik Pancasila dan semangat reformasi, petinggi-petinggi ini justru merampok dan mengeruk kekayaan negara ini di segala sektor. Tak hanya urusan korupsi, berbagai organisasi masyarakat tumbuh menjamur dan bisa berlaku anarkis terhadap yang tak sepaham dengan ideologinya.

Setelah melalui berbagai tahapan, pemilihan presiden kali ini hanya menyisakan 2 pasang kandidat calon presiden dan wakil presiden yang akan maju menuju tampuk kepemimpinan tertinggi di negara ini. Pertarungan para elit politik di atas sana berimbas ke segala lini kehidupan sosial masyarakat.
Bahkan media yang seharusnya bersifat netral, mau tidak mau, jadi ikut berpihak untuk kemenangan calon presidennya. Banyaknya media-media baru yang tidak kredibel dan tidak jelas sumbernya pun banyak bermunculan dan melulu menebar fitnah pada salah satu capres sehingga memperkeruh suasana. Akibatnya, banyak kalangan masyarakat yang dengan mudah percaya dan akhirnya turut membantu penyebaran berbagai fitnah ini di medan sosialnya. Berbagai gesekan dan benturan antar kelompok pendukung kedua capres tidak dapat dihindari lagi. Begitu banyak sahabat, saudara bahkan keluarga yang selama ini menjalin hubungan yang harmonis menjadi bertentangan karena berbeda pendapat dan ideologi dalam mengusung calon presiden favoritnya.

Sebagai seorang seniman yang kerap berkarya dengan menggunakan jalur distribusi media sosial, saya cukup akrab dengan berbagai berita miring maupun kabar fitnah yang beredar di berbagai lini masa jejaring sosial semasa pemilihan presiden ini. Saya mencoba untuk merespon situasi ini dengan menjadikannya sebagai sebuah rangkaian karya parodi disertai berbagai petuah-petuah bijak, sekaligus menyuarakan dukungan saya untuk salah satu kandidat presiden.


Berfoto bersama salah satu warga Amerika yang merupakan pendukung fanatiknya

"Bro, persahabatan dan silaturahmi itu nomor satu. Kalau presiden itu nomor dua".
Kekuatan dan kedigdayaan bukanlah faktor utama agar bangsa kita dapat berdiri sejajar dengan bangsa-bangsa lain

Bukti bahwa Jokowi adalah antek Amerika. Terlihat dari baju yang dikenakannya bergambar bendera Amerika


Bersama rekan-rekan dari Tiongkok. Cai Guo-Qiang, Ai Weiwei dan Zhang Huan

Usia bukanlah halangan utama untuk akrab dengan para pemuda
"Bicara soal rasa, itu cuma masalah selera. Yang terutama adalah asupan gizi dan vitamin yang cukup. Urusan presiden, itu nomor dua sajalah"
Semua akan berjalan dengan baik bila dikerjakan oleh orang yang kompeten di bidangnya

Yang dibutuhkan oleh bangsa ini bukanlah orang yang piawai dalam bersilat lidah menebar kata-kata indah dan membuai, tapi bukti kerja yang nyata.
SBY: 'Duh..Kok gelap yaa? Apa ISO-nya kurang gede yaa?' JKW: 'hmm..Nganu mas, mungkin tutup lensanya bisa dibuka dulu..' Ucapnya sambil tersenyum bijak menenteramkan hati
Bahwa semua yang terekam, tidak akan pernah mati, dik..

Kesederhanaan dan kejujuran adalah kunci utama agar kita bisa menjalin kerjasama dan tali silaturahmi dengan negara-negara di dunia
Kekayaan serta kekuatan hanyalah bersifat sementara di dunia fana ini mas.. Kesemuanya itu tak akan berarti apa-apa tanpa ketulusan dan niat baik serta kepedulian terhadap sesama.
Gelimang harta memang kerap menyilaukan mata. Namun pribadi yang jujur, sederhana dan merakyat ditambah hati yang tulus serta semangat untuk membangun, itulah yang abadi di dalam hati.
Segala kekuatan dan keberanian yang kau teriakkan itu akan sia-sia tanpa diikuti dengan tekad bulat yang bersumber dari hati nurani yang tulus dan ikhlas




Waktu masih ada, walau tinggal sedikit lagi. Tapi hendaklah kita tinggalkan sentimen agama dan berbagai isu, rumor dan kabar burung yang beredar. Mari kita sukseskan Pemilu 2014 ini dengan memilih calon presiden dengan didasari oleh hati nurani dan akal yang sehat untuk menentukan nasib bangsa kita di kemudian hari. 
Berikut saya sertakan tautan untuk mengunduh rangkaian serial ini. Masih ada sedikit waktu untuk mencetak dan membagikannya kepada orang-orang terkasih anda.
Dan kalaupun pemilu yang meriah ini kelak akan berakhir, kiranya karya-karya ini bisa disimpan sebagai kenangan, bahwa kita pernah menjalani dan terlibat dalam sebuah pesta demokrasi yang paling meriah dalam sejarah bangsa Indonesia.



Salam dua jari.


Agan Harahap




















3 komentar: