Senin, 19 Desember 2011
MONEY CULTURE
Money Culture : 17-23 December 2011
Agan Harahap
Angki Purbandono
Dhanank Pambayun
Eddi Prabandono
Iwan Effendi
Sanchia TH
Yoga Mahendra
GARIS ART SPACE :
Jl FAletehan I/38
Kebayoran Baru
Jkt 12160
Behind The Scene : The Revenge of King Kong
The Idea :
Saya membuat karya ini dalam rangka merespon tema pameran "Money Culture" yang diadakan di Garis Art Space.
Setelah selama sekian waktu saya berpikir, entah kenapa tiba-tiba saya teringat akan film King Kong yang sempat marak beberapa tahun yang lalu. Pada adegan terakhir, King Kong, raksasa primitif itu tewas di tengah-tengah kota megapolitan.
Saya lantas menganalogikan adegan ini dengan hubungannya dengan tema pameran itu.
Kekuatan fisik (otot) adalah bentukan primitif dan bukan lagi menjadi tolak ukur akan kekuasaan. Sementara uang adalah bentuk kekuatan absolut. Segalanya dapat diraih dengan uang. Jodoh,kecantikan sampai nyawa, semua dapat dibeli dengan uang.
Makin kuat jumlah nominal uang yang dimiliki, makin besar pula kekuatan dan kekuasaan yang dapat diraih.
Berdasarkan pemikiran di atas, maka saya membuat lakon 'pembalasan King Kong' yang kembali ke kota megapolitan dengan 'kekuatan baru-nya'.
The Process :
Setelah tau bahwa Willy Jonjot, (tetangga apartemen saya) ternyata mempunyai 'tabungan' uang logam yang cukup banyak (1 ember), maka saya meminjamnya untuk membuat kostum si king kong.
Dengan dibantu sahabat saya, Angga, maka selama 2 hari kami sibuk merangkai uang-uang itu. Setelah melalui berbagai percobaan, akhirnya kami menemukan cara yang cukup efektif untuk menempelkan koin-koin itu. Alhasil, koin-koin itu melekat secara sempurna dan permanen ( Sorry yah mas Jot).
GRACIAS!
Saya membuat karya ini dalam rangka merespon tema pameran "Money Culture" yang diadakan di Garis Art Space.
Setelah selama sekian waktu saya berpikir, entah kenapa tiba-tiba saya teringat akan film King Kong yang sempat marak beberapa tahun yang lalu. Pada adegan terakhir, King Kong, raksasa primitif itu tewas di tengah-tengah kota megapolitan.
Saya lantas menganalogikan adegan ini dengan hubungannya dengan tema pameran itu.
Kekuatan fisik (otot) adalah bentukan primitif dan bukan lagi menjadi tolak ukur akan kekuasaan. Sementara uang adalah bentuk kekuatan absolut. Segalanya dapat diraih dengan uang. Jodoh,kecantikan sampai nyawa, semua dapat dibeli dengan uang.
Makin kuat jumlah nominal uang yang dimiliki, makin besar pula kekuatan dan kekuasaan yang dapat diraih.
Berdasarkan pemikiran di atas, maka saya membuat lakon 'pembalasan King Kong' yang kembali ke kota megapolitan dengan 'kekuatan baru-nya'.
The Process :
Setelah tau bahwa Willy Jonjot, (tetangga apartemen saya) ternyata mempunyai 'tabungan' uang logam yang cukup banyak (1 ember), maka saya meminjamnya untuk membuat kostum si king kong.
Dengan dibantu sahabat saya, Angga, maka selama 2 hari kami sibuk merangkai uang-uang itu. Setelah melalui berbagai percobaan, akhirnya kami menemukan cara yang cukup efektif untuk menempelkan koin-koin itu. Alhasil, koin-koin itu melekat secara sempurna dan permanen ( Sorry yah mas Jot).
Kami pun memulai sesi pemotretan. Lagi-lagi Angga memegang peran yang cukup besar sebagai asisten sekaligus model dalam pembuatan karya ini. Selama lebih dari setengah jam tersiksa dalam kepanasan dan aroma aibon, maka sang model menyerah dan menyatakan dirinya mabuk aibon. (Konon, mabuk lem adalah kasta terendah dalam ajang permabukan). hahaha...
The Result:
Inilah hasil dari perjuangan kami selama ini : " The Revenge of King Kong".
Karya ini dapat disaksikan di Garis Art Space sampai dengan tanggal 23 Desember mendatang.
Karya ini dapat disaksikan di Garis Art Space sampai dengan tanggal 23 Desember mendatang.
GRACIAS!
Langganan:
Postingan (Atom)