A: "Ih.. Narsis banget seh
loch?!? dikit-dikit poto selfie.."
B: "Ihhhh..Biarin ajah
keleuss.. Mau guwe aplot di path nech!"
A: "Eh, Tag guwe juga
keleuss..?!? "
B: "Okeh say.."
*Percakapan antara 2 karyawati di
atas berlangsung di sebuah warung Indomie tadi pagi.
Dewasa ini, ketika teknologi
komunikasi sudah sedemikian canggihnya, cukup sering kita mendengar
istilah-istilah seperti narsisme, selfie, tongsis dan segala hal yang
berhubungan dengan ke-egoan kita. Dan perilaku selfportrait menjadi sesuatu fenomena
yang semakin sering terjadi di sekeliling medan sosial kita.
Teknologi komunikasi pun semakin
ramah untuk ekonomi masyarakat kita yang (konon katanya) sedang dalam kondisi
prihatin. Berbagai perusahaan handphone dan provider berlomba-lomba untuk menawarkan
berbagai kemudahan (atau kerumitan) ini kepada kita denga harga yang semakin
lama semakin terjangkau. Sekarang, kita dapat dengan mudahnya memberi tahu
posisi keberadaan kita sekaligus menginformasikan hidangan apa yang sedang kita
nikmati dan berbagai 'hal-hal penting' lainnya. Pendek kata, hampir tidak ada
ruang privasi lagi antara kita dan medan sosial di sekeliling kita.
Pada dasarnya, bercermin atau
melihat diri sendiri merupakan 'perilaku purba' manusia. Tak bisa dipungkiri
bahwa kita senang melihat diri kita berada dalam berbagai media baik itu
lukisan, foto atau bahkan hanya sekedar terlihat numpang lewat dalam
liputan televisi.
Sampai pada (kurang-lebih) satu
dekade lalu, sebelum teknologi kamera digital mulai menjamur, istilah self
portrait hanya dimiliki oleh kaum fotografer atau seniman. Karena hanya dengan
skill tertentu-lah seseorang bisa menghasilkan potret dirinya baik itu dengan
media lukisan maupun fotografi. Dan ketika mereka (kaum seniman)
menggunakan dirinya sebagai salah satu media untuk representasi dari
pemikiran-pemikirannya, maka self-portrait menjadi lekat hubungannya dengan
karya-karya seni.
Lantas, bagaimana dengan selfie?
Fenomena selfie mulai muncul seiring sejalan dengan perkembangan teknologi
komunikasi yang mulai merasuki hampir di segala lini kehidupan sosial kita.
Istilah selfie merupakan pengembangan dari self portrait walau pada prakteknya
adalah sama. Saat ini semua orang bisa memotret dan fotografi sudah
tidak lagi dimiliki oleh kalangan fotografer saja. Fotografi sudah
menjangkau hampir semua lapisan masyarakat. Dan ketika semua orang bisa
memotret, tentu 'perilaku purba' yang saya jabarkan di atas tadi akan muncul
dan mewabah dengan sendirinya.
Selfie adalah tindakan memotret diri
sendiri tanpa tendensius apapun ke arah seni. Baik itu sekedar
mendokumentasikan raut wajah, hidangan yang sedang disantap, kebersamaan dengan
handai taulan, maupun sebagai ajang eksistensi di berbagai
lokasi. Perilaku dan fenomena selfie muncul sebagai konsekuensi dari berbagai
kemajuan teknologi yang tumbuh dengan pesat. Walau terkadang berbagai kemajuan
teknologi ini tidak bertumbuh seiring sejalan dengan pola pikir dan mentalitas
sebagian orang.
Dan
sudah barang tentu, bahwa tidak ada yang salah sama sekali dengan perilaku selfie
ini. Hidup adalah pilihan. Dan kini, semuanya kembali kepada diri kita sendiri.
Tinggal darimana dan bagaimana cara kita menyikapi fenomena selfie
ini.
Agan Harahap
Tulisan di atas dibuat untuk
merespon sebuah acara pameran bertema 'selfie' yang telah berlangsung di Galeri
Cemara 6 beberapa waktu yang lalu. Saya bersama dengan Narpati Awangga ( Oom
Leo) dan Jimi Multhazam bertindak sebagai narasumber dalam acara talkshow dan
workshop yang diadakan guna menyikapi dan mensiasati fenomena selfie yang
mewabah dewasa ini.
Jimi Multhazam mencoba merespon
tema selfie ini dengan kemampuannya dalam drawing dan melukis. Sementara OomLeo
menggunakan teknik pixel art untuk menghasilkan sebuah bentuk selfie yang
kreatif dan berseni. Saya sendiri, memperkenalkan teknik montase digital dengan
photoshop.
Adapun pameran, talkshow dan
workshop tersebut merupakan hasil kerjsama yang solid antara kami sebagai
seniman dengan Sampoerna A yang memang kerap mendukung berbagai perhelatan
kreatif seperti ini
Beberapa karya dari peserta pameran yang didisplay di dalam ruang galeri |
Suasana Talkshow yang berlangsung pada siang hari yang berbahagia itu |
Oom Leo, Jimi Multhazam, saya dan Saleh Husein |