Suasana dari pagi ke siang ini
cukup dihebohkan dengan berita beredarnya foto mesra orang yang diduga
mirip dengan Abraham Samad (Ketua KPK) dengan Elvira Devinamira (Putri Indonesia
2014). Berita ini semakin gencar karena disinyalir adanya intrik politik
untuk menjatuhkan kredibilitas Abraham Samad sebagai ketua KPK.
Sebagian
kawan-kawan di media sosial bersikukuh bahwa foto mesra tersebut adalah
palsu, sementara sebagian lagi kawan-kawan bersikeras bahwa foto itu
adalah asli, sehingga terjadi pro dan kontra di
masyarakat terkait dengan keorisinalitasan foto tersebut. Sebagai orang
seniman yang menggantungkan hidup dari fotografi dan perkembangan teknologinya, saya pun merasa terpancing
untuk meneliti keorisinalan foto itu. Apakah foto itu adalah rekayasa
atau tidak.
Setelah
menelaah berkali-kali, jujur saja, saya tidak bisa menemukan tindakan
manipulasi yang dilakukan terhadap foto-foto tersebut. Bahwa media menyebutkan, ada
seorang pakar photoshop yang mengatakan bahwa foto tersebut discan
menggunakan scanner merk Canon dan terakhir diedit photoshop jam 3 dini
hari tadi, itu bisa saja. Karena memang sebuah foto bisa dibaca data riwayatnya secara digital. Tapi
apakah dengan data itu kita bisa langsung memastikan bahwa foto-foto itu melalui
proses manipulasi atau tidak, entahlah. Saya tidak begitu yakin. Mungkin
sang manipulator itu terlalu hebat, atau (bisa saja) saya yang terlalu
bodoh. Sehingga saya sampai pada suatu kesimpulan, bahwa foto orang yang diduga Abraham
Samad dan Elvira adalah bukan rekayasa.
Tapi
tentu saja, manipulasi fotografi tidak hanya sebatas urusan edit
mengedit di photoshop. Banyak faktor-faktor atau elemen-elemen lain
dalam memanipulasi/ merekayasa sebuah foto. Bisa saja itu adalah orang
yang kebetulan mirip dengan Abraham Samad atau Elvira, lalu dimanfaatkan
oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab untuk memperkeruh
masalah dengan mendiskreditkan lembaga negara.
Keluar
dari berbagai intrik politik dan masalah asli atau palsunya foto mesra
tersebut, timbul pertanyaan-pertanyaan di benak saya terkait dalam menyikapi foto ini dari sisi humanis yang tentu saja tidak bisa dinilai secara teknis dan data digital.
Kalaulah foto Abraham Samad dan Elvira Devinamira itu ternyata foto asli, lalu kenapa memangnya?
Kalaulah foto Abraham Samad dan Elvira Devinamira itu ternyata foto rekayasa, lalu kenapa juga memangnya?
Kalaulah foto Abraham Samad dan Elvira Devinamira itu ternyata foto rekayasa, lalu kenapa juga memangnya?
Apa pentingnya kita, sampai hari ini masih sibuk meributkan foto orang yang sedang bermesraan?
Besar
harapan saya bahwa kita bisa menyikapi fotografi (dan perkembangan
teknologinya) tidak melulu dari soal teknis belaka, tapi dari berbagai
sisi humanis serta pertimbangan logisnya demi terwujudnya persatuan dan
kesatuan bangsa .
Agan Harahap
* Seniman fotografi tinggal dan menetap di Yogyakarta
Oiya, nganu.. :