Senin, 20 Desember 2010

THE MENTAL ARCHIVE @ Cemeti Art House Yogyakarta

CAH

THE MENTAL ARCHIVE

Dikurasi oleh Sanne Oorthuizen

Pameran berlangsung:
18 Desember 2010 - 8 Januari 2011

Setiap hari kita memetakan dunia di sekitar kita, orang-orang yang kita jumpai, citra, perasaan dan pengalaman-pengalaman yang bertemu dengan kita. Kita menyimpan segala temuan kita seketika ke dalam kotak pembuangan (ingatan jangka pendek dan melupakan) atau menyimpannya (ingatan jangka panjang). Informasi yang tersaring ini kemudian tersimpan di otak kita sebagai arsip mental pengetahuan atau ingatan. Arsip ini, sama seperti arsip-arsip yang lain, dapat digunakan oleh pengunjungnya. Ingatan bisa diingat atau dipanggil kembali. Ingatan yang diingat kembali adalah picuan alam bawah sadar melalui indra, aroma, pengelihatan, pendengaran, dan pencitraan. Dan ingatan yang dipanggil kembali adalah panggilan yang dilakukan secara sadar atas peristiwa masa lalu yang berada pada titik waktu tertentu.

Ingatan dapat disebandingkan dengan arsip fisik yang tampaknya memegang klaim kebenaran sejarah. Teks, gambar atau representasi lain dari suatu peristiwa sejarah tertentu pada suatu waktu, menggantikan peristiwa yang sesungguhnya, dan gambar menjadi tertanam pada ingatan (kolektif) kita. Dari waktu ke waktu, ingatan berubah dan saling berhubungan. Ingatan berisi campuran fakta dan fiksi yang terikat pada waktu yang berbeda: terikat pada masa lalu ketika itu pernah dialami dan terikat pada masa kini ketika ia diingat atau dipanggil kembali. Filsuf Perancis Gilles Deleuze menulis: “seolah masa lalu terjebak pada dua “kekinian”, “kini” yang pertama adalah saat tepat dimana peristiwa itu terjadi dimasa lalu, dan yang lainnya berhubungan dengan “kini”,di saat ini ketika peristiwa itu diingat kembali. Sebuah ingatan bahkan mungkin memiliki sejumlah persepsi-persepsi baru atas waktu, karena ingatan juga memiliki durasi. Lalu apa yang persis kita ingat dan bagaimana kita mengingatnya?

Pameran ini adalah tentang ingatan dan kami mengundang sembilan seniman kontemporer untuk menjelaskan persepsi mereka tentang hal ini:

Agan Harahap, Agung Kurniawan, Gunawan Maryanto, Hafiz, Iswanto Hartono, Jompet Kuswidananto, Octora, J. Ariadhitya Pramuhendra, dan Syagini Ratna Wulan.



Mental Archive 2010



2 komentar: