Kemarin sore, saya seperti biasa berkunjung ke rumah David dan Riri untuk melepas kerinduan dengan bercanda dengan anak-anak mereka, sekaligus mengisi perut yang lapar ( maklumlah, penghasilan sebagai seniman kadang tak stabil :p). Adapun Riri dan David menyiapkan sebuah kamar dimana anak-anak mereka bisa mengekspresikan segala 'kegiatan berkesenian' mereka. Coretan dan lukisan dalam berbagai warna tampak memenuhi dinding tembok kamar itu. Saya cukup sering berlama-lama di kamar ber-AC itu untuk sekedar mendinginkan badan akibat udara yang cukup pengap dan menyuruh anak-anak itu memijat,memijak bahkan berlompatan di punggung saya yang mulai renta ini.
Sore itu anak-anak seperti biasa sedang bermain-main di kamar itu. Gisella (kakak) sedang asyik mencoret-coret tembok sambil berceloteh tentang Elfan dan Eko (sepasang gajah yang menjadi teman imajinasinya), sementara Karissa (adik), sedang berlompatan di tempat tidur sambil bernyanyi lagu karangannya sendiri.
"Tulang gambar dong.." ujar kakak ketika melihat saya (tulang adalah sebutan orang Batak untuk paman). Sebagai tulang yang berprofesi sebagai seniman, saya selalu ingin agar keponakan-keponakan saya dapat mengenal seni rupa dari usia dini bahkan syukur-syukur kelak bisa menjadi seniman garda depan Indonesia. Setelah mencari-cari ide, akhirnya saya memutuskan untuk menggambar Cinderella dengan mencontoh dari buku cerita yang memang sudah dikenal oleh anak-anak itu. Dengan bermodalkan krayon hitam yang sudah patah, saya mulai membuat sketsa di tembok. Sengaja saya menggambar dalam ukuran yang agak besar agar anak-anak itu dapat dengan mudah mewarnainya.
"Tulang gambarnya lama amat sih". Ujar kakak ketika saya baru 3 menit mengerjakan sketsa. Mereka nampaknya sudah tidak sabar untuk 'beraksi'. Supaya mereka tidak bosan menunggu, saya menyerahkan iphone saya kepada kakak dan menyuruhnya untuk memotret saya yang sedang membuat sketsa. Sementara Adik sudah pergi keluar entah kemana.
Ketika sketsa selesai, kakak pun mulai mewarnainya sambil tetap berceloteh tentang Elfan dan Eko. Dan saya mengambil posisi di belakangnya untuk mendokumentasikan kegiatan mewarnai itu. Tiba-tiba Adik masuk ke kamar dan langsung ikut mewarnai. Kakak yang sedang konsentrasi mewarnai, nampaknya terganggu dengan kegiatan adiknya dan tampak tidak rela kalau si adik 'merusak jerih-payahnya'. Maka, seperti yang sudah diperkirakan, terjadilah pertengkaran yang cukup menghebohkan. Ibu saya lantas masuk ke kamar itu untuk memantau kericuhan yang terjadi. "Loh, kok Cinderellanya merokok bang?" ( ibu memang kerap kali memangil saya dengan sebutan abang). Saya pun menjelaskan bahwa saya lemah dalam menggambar bentuk tangan, alhasil saya pun meng-improve bagian itu dengan versi saya sendiri.
Hari semakin sore, dan mereka harus mandi. Maka kegiatan mewarnai pun berhenti dan gambar belum selesai. Setelah mandi, adik tidak tertarik lagi untuk meneruskan kegiatan itu. Sementara kakak masih kembali untuk mewarnai gambar itu. Selang beberapa waktu kemudian, nampaknya Gisella mulai terlihat kelelahan dan mulai bosan. Maka kami pun menyudahi kegiatan itu.
Saya tetap berada dalam ruangan itu sendirian sambil menikmati hasil kolaborasi kami sambil berdoa dalam hati, agar anak-anak ini dapat mengerti dan menghargai seni serta dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka kelak.
Art work by : Gisella Harianja, Karissa Harianja dan Agan Harahap
Tidak ada komentar:
Posting Komentar