Setelah menghasilkan kompilasi screen capture lagu-lagu karaoke yang terdiri dari
SING FEST 1 dan
SING FEST 2 , kegemaran saya berkaraoke dan 'memotret' dengan menggunakan media youtube belumlah padam dan masih terus berlangsung hingga hari ini. Tanpa terasa SING FEST sudah memasuki edisi ke 3.
Pada kali ini saya akan memfokuskan kepada salah satu grup musik andalan saya saat ini yang bernama
WAK UTEH. Pada awalnya saya hanyalah mendengarkan dan mendendangkan lagu-lagu melayu populer yang banyak tersebar di Youtube. Ketertarikan saya pada Wak Uteh diawali secara tak sengaja ketika saya menemukan lagu
Minyak Naek. Sebuah lagu yang bernuansakan kritik sosial dengan lirik yang lugas dan langsung menohok kedalam hati sanubari saya. Dengan rentak yang riang gembira dipadukan dengan lirik yang menyuarakan penderitaan yang dialami rakyat kecil, justru menimbulkan kesan satir yang cerdas. Belum lagi dengan video klip yang menggunakan liputan kunjungan Presiden SBY (yang mungkin entah diambil darimana), membuat saya ingin mencari tau lebih banyak tentang grup musik ini.
Wak Uteh dalah sebuah grup musik Melayu yang dimotori oleh Djalaut Agustinus Hutabarat ini
terdiri dari banyak personel yaitu Tok Laut, Syafii Panjaitan, Azlina,
Azum, Darwin Sitinjak, Atoen Soraya, Ika, Sima, Rita, Ratna Hasibuan,
dan Syawal DM. Walaupun Djalaut Hutabarat adalah seorang yang beretnis Batak, namun kecintaannya kepada musik Melayu dapat menghasilkan karya-karya yang cukup meresap dan menakjubkan bagi saya.
Tidak begitu banyak lagu-lagu Wak Uteh yang tersebar di Youtube, namun secara garis besar dapat saya simpulkan bahwa lagu-lagu Wak Uteh jelas memotret kehidupan sosial masyarakat nelayan di kawasan Tanjung Balai Sumatera Utara dan secara otomatis, lagu-lagu ini jelas menggambarkan potret kehidupan sosial masyarakat Indonesia pada umumnya. Sebagai contoh, dapat disaksikan di dalam lagu
Bajudi, lagu ini diawali dengan percakapan yang berdurasi cukup panjang di sebuah warung kopi menyoal soal kematian seorang penjudi besar yang pemakamannya dihadiri oleh para pejabat teras kota dan desa yang disimbolkan dengan kode-kode togel.
" Kepada yang saya hormati 77 ( wali kota) dan 80 ( kepala desa), Kawan kami telah menjadi 03 ( mati) dan sebentar lagi akan dimasukkan ke 22 (liang kubur), dan seterusnya, dan seterusnya.."
Sementara liriknya sendiri menceritakan tentang kegiatan orang berjudi dan tak lupa Wak Uteh pun memberikan nasihat-nasihat agar jangan menjauhi kegiatan berjudi karena mendatangkan dosa dan petaka.
Hampir di dalam setiap lagu-lagunya, Wak Uteh seringkali menyisipkan dialog yang dilakukan antar penyanyi-penyanyinya dan dialog yang merakyat itupun semakin mengena dengan lirik yang polos apa adanya. Seperti dalam lagu
Batongkar 3, diawali dengan dialog seorang pemuda 'playboy' yang sedang merayu gadis idamannya di depan sebuah mobil sedan dan dilanjutkan dengan pertengkaran di tengah keramaian, sampai pada akhirnya sang pria menyesali kelakuannya. Selalu saja ada muatan positif yang disampaikan Wak Uteh baik dalam lirik, maupun dalam dialog di hampir setiap lagu-launya.
Berbicara tentang video klip, sekilas kita dapat langsung menyimpulkan bahwa semua video klip Wak Uteh terlihat asal jadi dan jauh dari kesan profesional. Namun apabila kita cermati secara lebih mendalam, justru dengan teknik yang terkesan sederhana dan apa adanya inilah letak kekuatan video-video Wak Uteh. Pengambilan angle yang datar, tata cahaya bergantung matahari dan proses editing yang minim, membuat video klip Wak Uteh dapat terasa lebih realistis menggambarkan realitas kehidupan keseharian masyarakat Indonesia.
Di tengah berbagai gempuran musik-musik kekinian yang hampir selalu menghadirkan 'potret kaum urban salah kaprah', Wak Uteh dengan caranya sendiri telah berhasil mengingatkan saya akan kesederhanaan dalam berkarya sekaligus memberi cara pandang positif dalam menghadapi berbagai terpaan yang mendera dalam menjalani kehidupan ini
SING FEST #3 ( tribute to WAK UTEH )
|
Peringatan Wak Uteh akan bahaya merokok |
|
|
|
Menu makanan sehari-hari |
|
Masih berbicara tentang menu makanan keseharian |
|
Tentang terasi |
|
Sudah kerja sekuat tenaga, namun nasib belum berubah.. |
|
Susah senang silih berganti dalam mengarungi bahtera kehidupan |
|
Realitas kehidupan nelayan |
|
Kegiatan keseharian seorang penjudi. Segala sesuatunya dijadikan kode. |
|
|
Pesan Syafi'i Panjaitan tentang bahaya berjudi |
|
Bila penampilan mu sekarang seperti ini, entah bagaimana pulak kehidupan masa muda mu dulu kawan... |
|
Percaya diri adalah hal yang utama |
|
Entah wanita macam mana yang hendak kau pikat dengan dandanan seperti ini |
|
|
|
Motorpun dipinjam demi menjemput kekasih pujaan hati |
|
AADC versi Wak Uteh |
|
Realitas keseharian dalam kehidupan berumah tangga |
|
Masalah finansial selalu saja menjadi penyebab utama pertengkaran kita yank.. |
|
Sang suami capek pulang kerja tak ada makanan karena si isteri sibukasyik bersolek |
|
Masalah lain dalam keretakan hubungan rumah tangga karena adanya pihak ketiga |
|
Bersyukur atas istri yang tetap setia menjalani berbagai kesukaran dalam hidup |
|
Doa Wak Uteh untuk para pemimpin bangsa |
|
Walau bagaimanapun juga sulitnya hidup, tetap percaya bahwa siapa tahu kelak nasib akan berubah |
|
Sampai jumpa lagi dalam Sing Fest edisi mendatang |
Agan Harahap (pengamat musik tradisional dan penggemar musik Melayu)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar