Seperti kata peribahasa lama, " Ada uang, abang disayang. Tak ada uang, abang ditendang". Kurang lebih seperti itulah yang saya alami.
Saya teringat pada masa-masa kejayaan saya dahulu, ketika uang bukanlah suatu masalah bagi saya. Ketika uang menjadi kekuatan utama saya, maka secara otomatis saya pun terseret masuk ke dalam dunia selebritas yang gemerlapan dan terkadang menyilaukan banyak mata. Musisi, bintang film, atlet, sampai para politikus kelas dunia pun rasa-rasanya hampir tidak ada yang tidak saya kenal.
Awal perkenalan saya dengan Metallica, dimulai pada medio 2009. Seorang model yang kebetulan dekat dengan saya, mengajak saya untuk menemaninya menghadiri sebuah party yang diadakan oleh Lars Ulrich (drummer Metallica). Sebagaimana yang kita ketahui, selain penggebuk drum di band nomor 1 dunia, Lars pun seorang kolektor karya seni rupa. Wajar saja kalau saya dan Lars lekas menjadi seorang karib. Bisa dikata, di tiap party yang saya hadiri, pasti akan ada Lars.
Teman-teman Metallica yang lain, James Hetfield, Kirk Hammett dan Robert Trujillo sudah menganggap saya seperti saudaranya sendiri.
Apapun kesulitan yang mereka alami, baik itu dari segi keuangan sampai masalah-masalah pribadi, saya selalu siap untuk mendampingi dan membantu mereka.
Kedekatan saya dengan para personel Metallica secara otomatis membawa saya ke dalam kancah pertemanan yang lebih luas dan brutal lagi. Alkohol, narkoba sampai seks bebas sudah menjadi konsumsi sehari-hari bagi saya. Akibatnya, saya menjadi tidak konsisten dalam bekarya dan ini berdampak buruk pada keuangan saya. Pertemanan serta gaya hidup jetset yang saya jalani, mau-tidak mau menguras segalanya. Harta kekayaan yang saya kumpulkan dari hasil memotret selama ini, habis begitu saja dalam sekejap.
Teman-teman dari Metallica menyatakan kesediannya untuk membantu saya dengan menjadikan saya sebagai oficial fotografer mereka. Bahkan Lars Ulrich sempat meminta saya secara pribadi untuk menjadi art advisor baginya. Namun saya tidak mau merepotkan dan membebani mereka. Saya tahu bahwa kapasitas saya bukanlah disitu. Dan saya berprinsip tidak mau hidup dari rasa iba dan belas kasihan orang lain. Maka walaupun pedih, saya secara perlahan-lahan pun menarik diri dari dunia musik dan hiburan yang selama ini turut membantu karier saya.
Di tengah beban perekonomian yang semakin menghimpit, maka saya memutuskan untuk kembali ke Tanah Air dan mencoba untuk memulai lagi kehidupan saya dari awal.
Saat ini saya tinggal di sebuah apartemen sederhana di bilangan Kebon Kosong, Kemayoran. Sudah beberapa tahun belakangan ini saya mulai kembali menata kehidupan saya yang sempat carut-marut.
Bagi beberapa sahabat karib yang sempat berkunjung ke apartemen saya, mungkin merasa bingung dan heran akan 'perbedaan' hidup yang saat ini saya jalani. Hampir tidak ada perabot mewah di apartemen saya. Hanya ada sebuah kompor kecil, lemari, 1 kasur tanpa tempat tidur dan sebuah komputer sederhana untuk menunjang pekerjaan saya. Oiya, dan saya baru saja membeli kulkas.
Bersama James Hetfield dan Lars Ulrich - circa 2010 |
" Ndrrttt..ndrttt.." Handphone saya bergetar tanda ada SMS yang masuk. Di layar monitor tampak sebuah nomor yang tidak saya kenal. Biasanya saya selalu mengacuhkan SMS dan tidak pernah mau mengangkat telepon dari nomor yang tidak dikenal. Maklum saja, saya pernah punya pengalaman traumatis karena diterror oleh debt collector guna mempertanggung jawabkan segala hutang piutang saya.
Selamat malam mas Agan, saya G*n*w*n (sengaja namanya saya samarkan) dari B*l*k R**k E*t*rt*i*n*e*t. Saya diminta oleh James Hetfield dari Metallica untuk meminta alamat mas. Karena beliau hendak berkunjung.
Di bawah kalimat dalam SMS itu ternyata terdapat sebuah foto. Sebuah foto dari seorang sahabat lama yang jauh-jauh dari negri Paman Sam hendak berjumpa dengan saya.
Sejujurnya, ada setitik rasa curiga ketika saya membaca SMS dan melihat fotonya. Sempat terlintas apakah ini perbuatan dari orang-orang yang menaruh dendam atas perbuatan saya dahulu. Ataukah ini hanya perbuatan dari handai taulan yang iseng. Setelah bergumul dalam hati, akhirnya sayapun membalas sms tersebut dengan memberikan alamat apartemen saya beserta ancer-ancernya
James Hetfield beserta pesan singkatnya untuk saya |
SMS yang saya kirimkan ke nomor yang tidak dikenal itu tidak berbalas. Satu jam lebih saya gelisah menunggu di apartemen. Satu-satunya sms yang masuk adalah dari ibu saya yang mengucapkan selamat tidur dan agar saya jangan lupa berdoa.
Walaupun kehidupan saya jauh dari kesan religius, namun saya pernah dibesarkan dalam keluarga Kristen yang cukup taat. Ditambah lagi dengan berbagai kesulitan yang saya hadapi belakangan ini, maka sebagai seorang ibu, sudah sewajarnya beliau kerap kali menasihati saya agar tetap berserah diri dan sabar menghadapi segala cobaan ini.
Pukul 01.55 suara bel apartemen saya berbunyi. Orang yang ditunggu-tunggu akhirnya datang juga. James datang ditemani oleh seorang crew dari B*l*k R**k E*t*rt*i*n*e*t yang memegang sebah kamera pocket guna mendokumentasikan kegiatan Mettalica selama di Jakarta. James yang memang sudah menganggap saya sebagai saudaranya sendiri tampak berkaca-kaca melihat kenyataan hidup yang saya alami kini. Tak lupa James menyampaikan salam dari rekan-rekan sejawatnya di Metallica yang kebetulan berhalangan hadir. Sebuah pertemuan yang cukup mengharukan.
Tangis haru segera berganti dengan keceriaan ketika saya dan James mulai bercerita tentang kegilaan-kegilaan masa lalu yang pernah kami lewati bersama. Namun kini itu semua hanya tinggal cerita saja. Baik saya maupun James udah berubah, kami tidak bisa dibilang muda lagi. Kami sudah memulai untuk hidup lurus, menjauhi narkoba dan pesta pora serta lebih mendekatkan diri pada Sang Khalik.
Perjumpaan antara dua sahabat yang sempat terpisah lama |
Banyak hal yang kami perbincangkan dalam kesempatan yang berbahagia itu. Mulai dari pawai FPI yang baru saja berlangsung siang tadi, suasana panggung politik di Senayan, sampai pada musisi lokal tanah air.
Tanpa disangka James ternyata memiliki ketertarikan yang cukup besar pada geliat musik dalam negeri. Wajar saja, namanya juga musisi. James, yang notabene seorang penggemar musik country, punya rasa ingin tahu yang cukup besar terhadap band-band tanah air yang setia mengusung musik country.
JH: 'Dude, please tell me more about Coboy Junior! Are they good? Because i love country music! And I'm a big fan of Willie Nelson, Dolly Parton and Shania Twain! Ucapnya antusias..
Setelah saya menjelaskan lebih lanjut tentang grup musik Coboy Junior dan sepak terjangnya di blantika musik Tanah Air, James hanya terdiam kecewa sambil menatap kosong.
Kekecewaannya berlanjut ketika saya bercerita tentang grup vokal Coboy ( boyband 90-an yang digawangi oleh Ali Mustafa, Gilbert, Ponco, dan Fery) ternyata tidak membawakan musik country.
JH: 'Dude, do you have something to drink? I'm thirtsy man.. I haven't drink anything since the concert'. Ucapnya memotong penjelasan saya.
Me: 'Well, Im sorry man, I dont know you would come. And I don't prepare something good for you. I only have a vodka.
Saya lalu mengeluarkan beberapa botol vodka gepeng Mansion House yang sengaja saya simpan untuk moment-moment khusus seperti ini. Maklum saja, dengan keadaan ekonomi seperti sekarang, saya hanya mampu untuk membeli yang vodka murah namun cukup ampuh untuk menceriakan hidup.
James nampak sejenak agak terlihat enggan untuk meminum vodka gepeng yang saya suguhkan. Namun dengan didasari oleh rasa persahabatan dan masa lalu, maka kami pun meminum air api itu.
Ekspresi James ketika saya menghidangkan vodka gepeng |
Gelas-demi gelas meluncur mulus membasahi tenggorokan kami. Didasari oleh rasa penasaran yang begitu tinggi terhadap band Coboy Junior, maka James memohon kepada saya untuk memutarkan lagu-lagu mereka.
"Kenapaa De lagi de lagi de lagi.. Kok gak er er.. Er er.."
( adapun D dan Rr adalah kode yang menunjukkan sudah dibacanya atau belum dalam sebuah pesan blackberry messenger)
Lagu 'Kenapa Mengapa' dari Coboy Junior menghentak keras dari komputer di kamar saya. Dan James yang sudah mulai oleng tampang ber-headbang mengikuti irama musik pop anak-anak itu.
James ternyata sangat kagum dengan sistematika penggunaan gadget (blackberry) dalam lirik lagu itu. Menurutnya, ini adalah lagu yang cukup kontemporer, ketika anak-anak sedini mungkin dapat berkenalan dan bersahabat dengan teknologi yang dapat memudahkan kehidupan ini.
JH: 'Dude, this is not a country music! But they're awesome man!'
Katanya sambil tetap menggoyang-goyangkan kepalanya (headbang).
Menurut James, andai saja Coboy Junior memulai karier mereka di Amerika, tentu nasib mereka akan berbeda dari sekarang. James yang sudah mulai melantur berbicara banyak seputar lirik melayu yang menurut nya cukup puitis dalam menyampaikan pesan dalam musikalitasnya. Dalam satu kesempatan di malam yang berbahagia itu, James pun menyatakan keinginan terdalam dari dasar lubuk hatinya untuk berkolaborasi dengan musisi tanah air. Sambungnya lagi, dalam beberapa pagelaran beberapa tahun lalu, Metallica pernah mencoba membawakan lagu berbahasa Indonesia, dan mereka pun menuai tanggapan positif dari para penggemar dan kritikus musik dunia.
Waktu sudah menunjukkan pukul 4 pagi kurang. James harus segera berangkat untuk pulang ke negaranya.
"James, We should stop this alcohol..It's not good for our health. And we're not young anymore". Saya mencoba untuk menyadarkan James akan bahaya alkohol bagi orang-orang yang seusia dia. James yang sudah mabuk berat dengan sengit menanggapi nasihat saya " Like I caree..?!?! Bring me that f*ckin vodka!! "
Atas nama pertemanan, saya dengan berat hati kembali membuka botol ketiga. Botol terakhir dari persediaan saya di lemari. Sepengetahuan saya, James sudah berhasil mengurangi kecanduannya terhadap alkohol dan narkoba serta sudah memulai kehidupan yang menyehatkan. Saya tidak mau dicap sebagai orang yang menjerumuskannya kembali ke dalam bahaya mirasantika dan maksiat.
Sembari menemaninya minum, saya berupaya untuk kembali membawanya ke jalan yang lurus sekaligus menyadarkannya dengan siraman rohani semampu saya.
Saya mencoba mengingatkannya tentang hakikat kita hidup di dunia fana ini, serta tanggung jawab kita pada Sang Pencipta saat ajal kelak akan menjemput kita.
James Hetfield yang walaupun sudah mabuk berat, sesekali menganggukkan kepalanya tanda setuju.
James pun akhirnya mabuk tertidur setelah menghabiskan 3 botol vodka gepeng |
" Sio mama e....beta rindu mau pulang'e
Sio mama e....mama su lia...kurus lawang'e
Beta balom balas mama...
Mama pung cape sio dolo'e
Sio Tete Manis'e, jaga beta pung mama eeeee... "
Tanpa sengaja playlist lagu di komputer saya memutar lagu Sio Mama. Lagu yang berbahasa Maluku itu menceritakan tentang kerinduan terhadap ibunda yang jauh di desa. James dengan terbata-bata tampak mengikuti lagu yang cukup cathcy itu..
Setelah saya menjelaskan isi dari lagu tersebut, saya melihat setitik air mata yang jatuh dari sudut matanya yang terpejam..JH : " Dude, this song is killing me softly.. I miss my mommy,.. I wanna go home.. " ujarnya pelan.
Me : " Relax James, you can stay here for a while until you get sober.. "
James yang sudah sangat mabuk, membuka sedikit kelopak matanya dan menatap saya dalam-dalam.
"Hey dude,.. Torang samua basudara.. " ucapnya perlahan dengan logat Inggrisnya yang kental. Lalu James pun kembali tertidur.
Saya cukup kaget mendengar ucapan yang keluar dari mulutnya itu. Entah darimana pula dia bisa-bisanya berucap dengan bahasa Maluku. Memang ada-ada saja hal ajaib yang terjadi ketika kita sedang mabuk.
Langit sudah mulai terang dan James masih tertidur di meja makan. Saya hanya dapat duduk diam menghela nafas panjang sambil berdoa dalam hati agar kedatangan Metallica di Jakarta serta perjumpaan kami malam ini setidaknya tidak berdampak buruk pada karier musikalitas mereka di masa yang akan datang..
Amin..