Salah
satu yang membedakan natal tahun ini dengan natal-natal sebelumnya
adalah makin sepinya ucapan-ucapan selamat melalui sms.
Saya
terkenang 2-3 tahun lalu ketika handphone saya belum memiliki piranti
sosial media. Bisa sampai ratusan sms natal yang masuk dan tidak
mungkin saya balas semua. Bahkan tak jarang juga ada 2-3 ucapan yang
sama (standar sms berantai). Saya pun acap kali bertanding dengan adik
saya tentang siapa yang paling banyak menerima sms selamat natal.
Sekarang
teknologi sudah semakin berkembang dan sampai saat ini, saya belum
menerima satupun ucapan natal via sms di handphone saya. Sebagai
gantinya, hampir seluruh sosial media yang saya ikuti marak dengan
puluhan bahkan ratusan notifikasi berbagai ucapan selamat hari natal
yang dengan mudah (dan tanpa biaya sms), bisa saya balas satu per satu.
Sebelum
ucapan melalui sms atau bahkan melalui piranti sosial media menjadi
trend, kartu natal dan telegram sudah tentu menjadi pilihan favorit
untuk menyampaikan ucapan sukacita ini. Saya ingat, dulu, setiap natal,
pemerintah selalu menyediakan berbagai seri telegram ucapan natal. Dan
karena ada saudara yang bekerja di kantor pos (dulu untuk mengirim
telegram, kita bisa melalui kantor pos), maka kami pun kerap mendapatkan
telegram natal dengan berbagai serialnya.
Saya
juga teringat, dulu, kurang-lebih seminggu setiap menjelang natal,
rumah kami selalu dibanjiri oleh kartu natal dari handai taulan dan
sanak famili. Salah satu kebiasaan di rumah kami yang cukup menarik, setiap hari natal
ibu selalu menggantung puluhan kartu natal dan telegram di jendela
rumah sebagai bagian dari dekorasi natal di rumah kami. Dekorasi itu
tetap bertahan sampai beberapa hari setelah tahun baru. Dan saya selalu
saja malas ketika harus membereskan ratusan kartu natal yang menggantung
di jendela itu.
Bicara
soal sms natal, saya selalu punya sms ucapan natal andalan yang setiap
tahun selalu saya kirimkan untuk membalas semua sms-sms natal yang
standard template itu.
(
hampir selama 4-5 tahun, ucapan natal via sms saya selalu sama). Sms
natal itu saya kutip dari sajak berjudul 'Natal' karya Sitor
Situmorang. Ucapan
itu tanpa sengaja saya ketemukan di buku kumpulan puisi Sitor
Situmorang kepunyaan alm. Bapak saya. Saya merasa ucapan natal itu cukup
gagah dan cocok untuk saya sebab saya kurang suka ucapan-ucapan natal
yang mengandung sinterklas, salju-salju dan unsur-unsur natal klise
lainnya yang tidak cocok untuk negara tropis kita.
Sampai
kemarin siang saya mencoba mengingat-ingat puisi itu secara lengkap
namun sulit rasanya. Karena puisi itu cukup panjang. Saya sudah coba
search di google, tapi tidak saya temukan. Lantas saya membongkar gudang
dan peti-peti berisi buku-buku saya, namun buku itu tidak kunjung saya
temukan juga. Entah dimana buku itu sekarang. Tapi kalau tidak salah,
kira-kira beginilah bunyi sms ucapan Natal saya selama bertahun-tahun
silam:
Tiap kelahiran adalah revolusi.
Tiap kelahiran dunia menjadi baru.
Kristus, jendral pemberontak segala zaman,
dilahirkan untuk memperbaharui dunia.
Menyambut Kristus, kita menyambut revolusi.
Menyambut Kristus, kita membangun dunia baru.
Pagi ini saya bangun. Dan seperti pagi-pagi yang lain, hal pertama yang saya lakukan adalah membuka handphone dan melihat notifikasi sambil merokok. Memang saya akui, bahwa saya sudah tidak pernah lagi berdoa setiap kali bangun tidur kecuali ada hal-hal khusus yang meresahkan hati saya. Pagi ini, ada sekitar 70-an notifikasi di path, 200-an notifikasi di instagram dan sekitar 30-an notifikasi di twitter di tambah belasan email ucapan selamat natal. Tanpa satu-pun sms natal apalagi kartu natal atau bahkan telegram.
Ucapan
selamat Natal sudah termodifikasi dengan sendirinya sesuai dengan
perkembangan jaman. Natal kali ini dipenuhi oleh ratusan notifikasi.
Entah bagaimana pula bentuk ucapan selamat natal di tahun-tahun
mendatang.
Namun apapun bentuk modifikasinya kelak, tapi kiranya damai dan sukacita natal selalu tetap dan tidak berubah di hati kita sekalian.
Selamat Natal!
* Agan Harahap yang tidak begitu suka dengan Santa Claus