|
A: 'Massa pendukung Jokowi itu besar loh!' B: 'Oyah? Gak percaya ah!' A: 'Ini bukti fotonya..' |
Dalam dua hari lagi, Indonesia akan menjalani Pemilihan Umum Presiden
(pilpres). Sebuah keputusan besar yang melibatkan seluruh bangsa Indonesia untuk
menentukan masa depannya. Berbeda dengan
pemilu-pemilu sebelumnya, kali ini animo masyarakat sangat menggebu-gebu
untuk mengikuti ajang pesta demokrasi 5 tahunan ini. Saya, sebagai
orang yang tidak pernah antusias dan peduli dengan pemilu atau pilpres,
kali ini bersama-sama dengan jutaan masyarakat Indonesia lainnya dengan
semangat turut berpartisipasi untuk menyukseskan pemilihan umum. Adapun
semangat ini muncul karena kami, rakyat Indonesia sudah terlalu muak
dengan berbagai sistem pemerintahan dan situasi politik yang terjadi
selama puluhan tahun di negara ini. Bersembunyi di balik Pancasila dan
semangat reformasi, petinggi-petinggi ini justru merampok dan mengeruk
kekayaan negara ini di segala sektor. Tak hanya urusan korupsi, berbagai
organisasi masyarakat tumbuh menjamur dan bisa berlaku anarkis terhadap
yang tak sepaham dengan ideologinya.
Setelah melalui
berbagai tahapan, pemilihan presiden kali ini hanya menyisakan 2 pasang
kandidat calon presiden dan wakil presiden yang akan maju menuju tampuk
kepemimpinan tertinggi di negara ini. Pertarungan para elit politik di
atas sana berimbas ke segala lini kehidupan sosial masyarakat.
Bahkan
media yang seharusnya bersifat netral, mau tidak mau, jadi ikut
berpihak untuk kemenangan calon presidennya. Banyaknya media-media baru
yang tidak kredibel dan tidak jelas sumbernya pun banyak bermunculan dan
melulu menebar fitnah pada salah satu capres sehingga memperkeruh
suasana. Akibatnya, banyak kalangan masyarakat yang dengan mudah percaya
dan akhirnya turut membantu penyebaran berbagai fitnah ini di medan
sosialnya. Berbagai gesekan dan benturan antar kelompok pendukung kedua
capres tidak dapat dihindari lagi. Begitu banyak sahabat, saudara bahkan
keluarga yang selama ini menjalin hubungan yang harmonis menjadi
bertentangan karena berbeda pendapat dan ideologi dalam mengusung calon
presiden favoritnya.
Sebagai seorang seniman yang kerap
berkarya dengan menggunakan jalur distribusi media sosial, saya cukup
akrab dengan berbagai berita miring maupun kabar fitnah yang beredar di
berbagai lini masa jejaring sosial semasa pemilihan presiden ini. Saya mencoba untuk
merespon situasi ini dengan menjadikannya sebagai sebuah rangkaian karya
parodi disertai berbagai petuah-petuah bijak, sekaligus menyuarakan
dukungan saya untuk salah satu kandidat presiden.
|
Berfoto bersama salah satu warga Amerika yang merupakan pendukung fanatiknya |
|
"Bro, persahabatan dan silaturahmi itu nomor satu. Kalau presiden itu nomor dua". |
|
Kekuatan dan kedigdayaan bukanlah faktor utama agar bangsa kita dapat berdiri sejajar dengan bangsa-bangsa lain |
|
Bukti bahwa Jokowi adalah antek Amerika. Terlihat dari baju yang dikenakannya bergambar bendera Amerika |
|
Bersama rekan-rekan dari Tiongkok. Cai Guo-Qiang, Ai Weiwei dan Zhang Huan |
|
Usia bukanlah halangan utama untuk akrab dengan para pemuda |
|
"Bicara soal rasa, itu cuma masalah selera. Yang terutama adalah asupan gizi dan vitamin yang cukup. Urusan presiden, itu nomor dua sajalah" |
|
Semua akan berjalan dengan baik bila dikerjakan oleh orang yang kompeten di bidangnya |
|
Yang dibutuhkan oleh bangsa ini bukanlah orang yang piawai dalam bersilat lidah menebar kata-kata indah dan membuai, tapi bukti kerja yang nyata. |
|
SBY: 'Duh..Kok gelap yaa? Apa ISO-nya kurang gede yaa?' JKW: 'hmm..Nganu mas, mungkin tutup lensanya bisa dibuka dulu..' Ucapnya sambil tersenyum bijak menenteramkan hati |
|
Bahwa semua yang terekam, tidak akan pernah mati, dik.. |
|
Kesederhanaan dan kejujuran adalah kunci utama agar kita bisa menjalin kerjasama dan tali silaturahmi dengan negara-negara di dunia |
|
Kekayaan serta kekuatan hanyalah bersifat sementara di dunia fana ini mas.. Kesemuanya itu tak akan berarti apa-apa tanpa ketulusan dan niat baik serta kepedulian terhadap sesama. |
|
Gelimang harta memang kerap menyilaukan mata. Namun pribadi yang jujur, sederhana dan merakyat ditambah hati yang tulus serta semangat untuk membangun, itulah yang abadi di dalam hati. |
|
Segala kekuatan dan keberanian yang kau teriakkan itu akan sia-sia tanpa diikuti dengan tekad bulat yang bersumber dari hati nurani yang tulus dan ikhlas |
Waktu masih ada, walau tinggal sedikit lagi. Tapi hendaklah kita tinggalkan sentimen agama dan berbagai isu, rumor dan kabar burung yang beredar. Mari kita sukseskan Pemilu 2014 ini dengan memilih calon presiden dengan didasari oleh hati nurani dan akal yang sehat untuk menentukan nasib bangsa kita di kemudian hari.
Berikut saya sertakan tautan untuk mengunduh rangkaian serial ini. Masih ada sedikit waktu untuk mencetak dan membagikannya kepada orang-orang terkasih anda.
Dan kalaupun pemilu yang meriah ini kelak akan berakhir, kiranya karya-karya ini bisa disimpan sebagai kenangan, bahwa kita pernah menjalani dan terlibat dalam sebuah pesta demokrasi yang paling meriah dalam sejarah bangsa Indonesia.
Salam dua jari.
Agan Harahap
lol, photoshopnya bagus!
BalasHapusSotosop level dewa penguasa :matabelo
BalasHapusGile, sumpah keren banget :D
BalasHapus